Jun 23, 2013

Saya Pintar, Saya Bisa, Saya Sanggup...

Mungkin semboyan "Stay hungry, stay foolish" sangat terkenal buat memotivasi kita untuk terus belajar. Ga ada yang salah sih disini, cuman apa yah hubungannya sama judul postingan kali ini.

Saya ga percaya dan ga akan pernah percaya bahwa ada orang bodoh di dunia ini. Walaupun mungkin bisa dikatakan pintar dalam melakukan kesalahan berulang kali. Tapi apakah itu salah sehingga apa yg dipikirkan, apa yang dilakukan itu ternyata tidak sesuai dengan tempatnya? dan sekonyong-konyong dicap bodoh atau ga pintar. Well, it's just my thought, that every one has his/her own intelegencies, however perhaps they just don't use it in the right time, the right place, or with the right people.

Pemikiran ini timbul karena saat ini, orang-orang yang mungkin (in my opinion) by default gifted atau berbakat atau juga dibilang memiliki rezeki sejak lahir, ada di sekitar saya. Apa itu? misal cum laude di salah satu perguruan tinggi teknologi atau universitas yang diklaim paling favorit dan berkumpulnya 'orang-orang' pintar, lahir dari keluarga berkecukupan dan kerja di tempat impian semua orang. Ketika di dunia kerja mereka pas dan tepat sekali atau berhasil menemukan apa yang mereka gemari dan kemampuan mereka itu dikenali para atasannya. Dan dalam situasi dunia kerja, pada kenyataanya ga semuanya berhasil mendapatkan semua itu, or just simple orang-orang lain yang not just in time or stumbled on the wrong people or simply just in the wrong environment. Irony? may be... but the worst is when everything is being quantified alias dihitung secara kuantitatif berdasarkan angka dan kemampuan kognitif, well it all comes up with position for over performer or excellent performer.

Ada contoh lain, yang sering diceritakan oleh teman-teman saya, tentang jurusan kuliah atau penentuan jalan hidup seorang anak yang lulus SMU. Mungkin sekarang udah berubah jamannya, tapi mungkin kejadian seperti ini masih ada. Sering saya dengar bahwa orang tua selalu ingin anaknya jadi dokter, insinyur, atau jurusan favorit lainnya. Bila pun si anak akhirnya menuruti kemauan orang tuanya (ini kalo ternyata anaknya ga terlalu bertolak belakang keinginannya dari si orangtua) ada dua kemungkinan, si anak menemukan ritme kehidupannya di sekolah tersebut atau malah cabut karena under perform di kuliahnya.

Again, it's all about under perform, or just worng position, wrong choice, wrong time, and wrong position :(

Pernah saya mendengar keluhan dari seorang saudara dari anaknya yang ternyata dari semua tes kuliah di universitas negri (S1) gagal, baik jalur SMPTN ataupun jalur mandiri. Si anak yg syukurnya cukup terbuka kepada ayahnya, bilang "Pak, aku ini ga pinter ya?". Sedih kan yah kalau kita sebagai orang tuanya. Untungnya si orang tua berhasil menyemangati si anak yang akhirnya menemukan dunianya di pendidikan D3 and he perfomes well, very well I think.

Contoh di atas adalah contoh yang bagus akhirnya, masih banyak orang tua yang pada akhirnya tetap bersikukuh si anak untuk bersekolah di tempat yg menurut mereka baik dan mungkin pasaran saat itu sedang baik, atau berdasarkan ramalan kedepannya lulusan X dibutuhkan dalam jumlah banyak. Well, it's a mechanism for parents to express their love, hjowever most of the times it was not well communicated or just simply not well received. :)

Any way, kemampuan belajar itu yang penting. Oiya bukan hanya belajar tapi mengaplikasikan apa yang kita pelajari itu yang jauuuh lebih sulit :) (saya juga sedang belajar mengaplikasikan apa yang saya pelajari dalam hidup)

Sementara itu.... I don't care, I LOVE IT :)

No comments:

Post a Comment